Membincangkan Program Inklusi di RRI Pro 1 Banjarmasin



Rizki A.S Febriani, Project Officer Program Inklusi PKBI Daerah Kalimantan Selatan menjadi narasumber dalam program Palindangan Noorhalis yang disiarkan setiap Kamis pukul 10.00 - 11.00 WITA di RRI Pro 1, 97.6 FM, Banjarmasin. Program talkshow tersebut bertujuan untuk memperkenalkan eksistensi Program Inklusi sebagai salah satu program yang ada di bawah naungan PKBI Daerah Kalimantan Selatan sekaligus mengajak semua pihak, terutama masyarakat kota Banjarmasin bersama-sama menciptakan Banjarmasin inklusi tanpa ada diskriminasi terhadap kelompok-kelompok terpinggirkan, termasuk kelompok waria. Ditengah tensi politik yang mulai naik menjelang pemilu, baik secara nasional maupun juga di Banjarmasin, kembali membincangkan mengenai pencegahan diskriminasi kepada kelompok-kelompok minoritas dan inklusi menjadi krusial.

Percakapan dimulai dengan memperkenalkan PKBI sebagai organisasi masyarakat sipil di Indonesia dan kehadiran PKBI Kalimantan Selatan. Kemudian, Noorhalis, selaku penyiar memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Program Inklusi. Ada beberapa kegiatan yang sudah dilakukan oleh Program Inklusi di Banjarmasin, beberapa diantaranya adalah Forum Keluarga, Learning Culture, Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan Stakeholder, Pertemuan Kemitraan dengan Organisasi Profesi dan CSO Tingkat Daerah, audiensi, asistensi kepada kelompok waria dalam mengakses dokumen kependudukan serta layanan yang dimiliki oleh PKBI Daerah Kalimantan Selatan sendiri. Sejauh ini sudah puluhan waria yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan PKBI Daerah Kalimantan Selatan dan kedepannya akan melibatkan lebih banyak kelompok-kelompok waria lagi.

Dalam talkshow interaktif tersebut, ada setidaknya tiga pendengar yang bergabung dalam siaran melalui telepon untuk mengungkapkan baik pertanyaan maupun pernyataan. Interaksi tersebut mencerminkan masih ada mitos-mitos yang berkembang di masyarakat terkait dengan kelompok waria, misalnya saja yang berkaitan dengan cacar monyet yang baru-baru ini kasusnya mulai masuk di Indonesia. Apakah benar cacar monyet lebih rentan menginfeksi kelompok waria? Menanggapi pernyataan ini, Rizki mengungkapkan bahwa berdasarkan beberapa sumber cacar monyet tidak hanya dapat menginfeksi kelompok tertentu saja, namun bisa menginfeksi semua orang. Namun, salah kaprah bahwa kelompok waria lebih rentan terinfeksi cacar monyet dapat mempertajam diskriminasi dan peminggiran yang dihadapi oleh kelompok waria di kota Banjarmasin.

Ada juga kekhawatiran mengenai kelompok waria yang sudah diberi pelatihan menjahit misalnya namun tidak benar-benar mengembangkan usaha menjahit. Ini juga sebenarnya adalah salah satu tantangan besar yang juga dihadapi oleh PKBI Daerah Kalimantan Selatan. Pertama, karena mengembangkan usaha tidak cukup hanya dengan memberikan pelatihan saja, perlu ada asistensi mulai dari pengelolaan keuangan dan modal, pengemasan, pemasaran, sampai distribusi produk atau jasa yang sudah dipelajari. Kedua, pandemi yang menghantam Banjarmasin juga memberikan dampak pelemahan signifikan pada seluruh UMKM yang ada di Banjarmasin. Itu sebabnya, untuk memperbaiki dan menciptakan ketahanan ekonomi di kalangan waria tidak cukup hanya dengan memberikan pelatihan.

Dialog selama satu jam tersebut ditutup dengan pesan dari Rizki agar seluruh pendengar setia RRI Pro 1 Banjarmasin dapat mengingat bahwa kelompok waria juga adalah manusia dan juga adalah warga negara Indonesia. Mereka memiliki hak yang sama dan ini sudah dijamin dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Jangan sampai tensi politik yang mulai naik menjelang pemilu membuat kelompok-kelompok yang sudah rentan menjadi semakin terpinggirkan dan terdiskriminasi.

Komentar

Postingan Populer